Jumat, 14 Maret 2014

KOLOM ARTIKEL

PEDULI LINGKUNGAN ALA MASYARAKAT BADUY DALAM

               Ketika saya berkunjung keBaduy Dalam tahun 1994, saya dan teman-teman satu kelompok ditempatkan di rumah satu keluarga yang mendapat julukan Ayah Pulung. Artinya di keluarga tersebut punya anak pertama yang bernama Pulung. Sejakdatang
sayat erkesima dengan caranyasi Pulung (anaklaki-lakiusia 10 tahunan) yang menyambut tamunya dengan begitu hormat. Beberapa kali cangkir sederhana itu diisi air, mungkin melihat kami yang kehausan –setelah 10 jam perjalanan dari Baduy Luarke Baduy Dalam.
                Sambil istrahat, kami membuka perbekalan, ada mie instan, leupeut, sarden, kornet, jeruk, dan cemilan lainnya. Olala…. Saya terheran-heran dengan si Pulung yang memisahkan sampah dari kresek yang sudah kami masukan dengan rapih.Sejurus kemudian sayabertanya dengan bahasa Sunda “Eta kunaonruntah make dipisahkeun, pan geus diabuskeun rapihna keresek engke karimiceun?”.Dengan logat Baduynya yang kental diamenjawab“ Runtahna aya dua, runtah kebon jeung runtah kota”. “Runtah kebon mah rek dikubur di kebon, ari runtah kota mah rekdiduruk”. Yang saya tahu saat itu runtah kebon, sampah  yang mudah membusuk (sekarang disebut sampah organik). Sedangkan runtah kota sampah yang tidak mudah membusuk (sekarang disebut sampahan organik).
Dipikir sekarang berate si Pulung sudah tahu cara pengomposan sederhana dari sampah organic, yaitu dengan menguburnyalangsung di tanah. Sedangkan untuk sampahan organik, saat ini tidak tepat untukdibakar karena mengeluarkan racun.Tetapi saya pikir untukl ingkungan Baduy Dalam masih bisa, karena banyak penyerapracun (tumbuhan).
                Kami dilarang mandi memkai sabun mandi dan shampoo, sikat gigi pun tanpa odol. Ada teman yang sempat mencoba pakai sabun, tapi akhirnya tidak jadi, takut kualat. Orang Baduy Dalam untuk membersihkan badan dan rambut memakai sejenistanah lempung yang mengeluarkan busa halus.Mereka mencuci piring dan baju dengan rumput yang berbusa, kalo diciumbaunya seperti sabun batangan cap oplet tahun 80-an.
                Hidup mereka begitu sederhana, bajunya berwarna putih dan hitamBaju yang mereka pakai hasil menenun dan menggunakan pewarna alami.
Rumah-rumah sama bentukdan bahannya berupa rumah panggung. Terbuat dari kayu dan bilik bambu, dengan atap rumput rumbia, ijuk, atau daun kelapa.Justru menurut penelitian UNESCO, rumah seperti ini rumah yang aman dari bencana gempa bumi, karena sifatnya yang lenturdari guncangan.
Rumah-rumah mengikutik ontur tanah, tidak ada tanah yang diurug atau tanah yang diratakan.Untuk keseimbangan bentuk rumah, sehingga tiang-tiang penyangga rumah tidak sama panjang.
Ketika bepergian keluardaerah, merekajalan kaki secara berurutan (kitaseringmenyebutnyangabaduy), tidak menggunakan kendaraan, katanya “teumeunangceukOlot”. (sebutanuntukketuaadatatauPu’un).MerekabisaberkunjungsampaiBanten Kota, Jakarta, bahkan Bandung.CekCekCek……. Kalaukitapastigempor, ha ha ha…..
Kita pun hanyabisaberkunjungseharisemalam, karenatakutmembawapengaruhnegatifbaikuntuklingkunganalamnyamaupununtukkehidupansosialbudaya.Karenaitusetelahkunjunganwisatawan, merekamenggunakanacara “bersihdesa”.Sejenisupacarabersih-bersihdarisampah yang dibawapengunjung.
                Untukkayubakar, merekamemperolehnyadari ranting-ranting kayu, ataudaripohon yang tumbangdimakanrayap. Ada hutan yang bisadiambilbuahnya, tapiitupundakbolehditebangpohonnya,. Ada jugahutan yang dianngapkeramat, tidakbolehdidatangiolehsiapapun. Dengnandemikiankeberadaanhutansebagairesapan air sangatterjaga
                Dari tulisansederhanaini, sayatidakmengajakpembacauntukberperilakudanhidupsepertimasyarakatBaduyDalam.Sayahanyainginmengajak agar lebihpedulidancintalingkungan yang bisakitalakukan.Minimal bisabuangsampah yang benerketampatnya.Syukur-syukursudahbisamemilahsampah organic dananorganik.lebihsyukurlagibisamembuatkompos di rumahatau di sekolah.Menanampohonuntukasupanoksigen, penyerapracunasapkendaraan, peredamkebisingan. Jalankakiataunaiksepedauntukbebergianjarakdekat.

                Terakhirsayainginmengajakuntukmerenungi kata katabijak orang SundaBaheula “gunungkaian, gawirawian, cinyusurumatan, pasirtalunan, sampalankebonan, walunganrawatan, legokbalongan, dataransawahan, situ pulasaraeun, lembururuseun, basisirjagaeun”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar